Review Komik “Jujutsu Kaisen”. Dalam dunia manga modern, sedikit judul yang berhasil memadukan aksi, horor, dan filosofi hidup sebaik Jujutsu Kaisen karya Gege Akutami. Komik ini bukan hanya tentang pertarungan melawan roh jahat, tetapi juga kisah tentang bagaimana manusia menghadapi penderitaan, kehilangan, dan ambisi. BERITA VOLI
Dengan gaya cerita cepat, pertarungan intens, serta karakter-karakter kompleks, Jujutsu Kaisen muncul sebagai penerus alami era shōnen klasik seperti Bleach dan Naruto — namun dengan pendekatan yang lebih gelap dan matang.
Dunia Cursed Energy yang Brutal dan Menawan: Review Komik “Jujutsu Kaisen”
Jujutsu Kaisen memperkenalkan dunia di mana emosi negatif manusia melahirkan makhluk jahat yang disebut Cursed Spirits. Para penyihir jujutsu bertugas membasmi roh-roh itu menggunakan energi terkutuk, kekuatan yang bersumber dari rasa sakit dan emosi dalam diri manusia.
Konsep ini langsung membuat cerita terasa unik. Tidak ada kekuatan yang benar-benar “murni baik” — semua datang dari sisi gelap manusia. Akutami menampilkan realitas bahwa penderitaan tidak bisa dihapus, hanya bisa dikendalikan. Dan dari sinilah muncul keindahan utama seri ini: kekuatan lahir dari luka.
Dunia yang dibangun sangat detail. Sekolah Jujutsu, sistem misi, hingga politik di antara para penyihir dijelaskan dengan realistis. Setiap pertempuran tidak hanya soal kekuatan fisik, tapi juga strategi, kecerdikan, dan nilai emosional yang melandasinya.
Karakter yang Penuh Luka dan Motivasi: Review Komik “Jujutsu Kaisen”
Tokoh utama, Yuji Itadori, adalah karakter dengan niat sederhana — ingin menyelamatkan orang lain agar mereka tidak mati sendirian. Namun perjalanan Yuji penuh tragedi. Setelah menelan jari iblis legendaris Ryomen Sukuna, ia menjadi wadah bagi salah satu entitas paling berbahaya dalam sejarah jujutsu.
Konflik antara Yuji dan Sukuna bukan sekadar pertarungan kekuatan, melainkan perang moral antara kemanusiaan dan kejahatan murni. Sukuna menikmati kekacauan, sementara Yuji berjuang mempertahankan nilai-nilai kemanusiaannya.
Karakter pendukung seperti Megumi Fushiguro dan Nobara Kugisaki juga tidak kalah menarik. Megumi digambarkan sebagai sosok rasional dengan beban masa lalu yang berat, sedangkan Nobara menghadirkan sisi kuat dan independen perempuan tanpa kehilangan empati.
Namun karakter paling mencuri perhatian tentu Satoru Gojo — guru karismatik yang hampir terlalu kuat, namun terjebak dalam sistem yang ia benci. Ia bukan sekadar mentor, tapi simbol generasi baru yang menentang cara lama dunia jujutsu yang kejam dan tidak adil.
Pertarungan dan Tema Kemanusiaan yang Kuat
Pertarungan di Jujutsu Kaisen adalah perpaduan antara kekerasan brutal dan filosofi. Akutami tidak sekadar menggambar aksi spektakuler — setiap serangan memiliki makna psikologis. Teknik seperti Domain Expansion menggambarkan kepribadian penggunanya, menjadikan setiap pertarungan juga sebagai eksplorasi batin.
Namun di balik ledakan energi dan darah, ada tema yang jauh lebih dalam: hidup dan mati. Semua karakter tahu bahwa mereka bisa mati kapan saja, tapi tetap berjuang karena ingin memberikan arti pada kehidupan singkat mereka.
Hal ini terasa kuat terutama dalam kisah Junpei Yoshino — seorang remaja yang menjadi korban bullying dan terjerumus ke sisi gelap. Episode itu memperlihatkan bahwa batas antara manusia dan iblis sangat tipis. Akutami dengan kejam namun jujur menampilkan kenyataan bahwa kebaikan tidak selalu menang, tapi perjuangan tetap berharga.
Kesimpulan
Jujutsu Kaisen berhasil menjadi simbol kebangkitan manga aksi modern — penuh emosi, brutal, tapi juga filosofis. Ia menantang pembacanya untuk berpikir bahwa kekuatan sejati bukan tentang siapa yang paling kuat, tapi siapa yang mampu tetap manusia dalam dunia penuh kegelapan.
Gege Akutami menciptakan karya yang memikat karena kejujurannya: bahwa penderitaan tidak bisa dihindari, namun bisa dijadikan sumber kekuatan. Melalui karakter-karakter yang rapuh tapi tangguh, Jujutsu Kaisen mengajarkan bahwa luka bukanlah akhir — melainkan awal dari perjalanan untuk menemukan makna hidup.
Sebuah komik yang menghantam perasaan dan pikiran sekaligus, menjadikan setiap halamannya bukan hanya hiburan, tapi juga refleksi diri.