Review Komik Tokyo Revengers. Oktober 2025, Tokyo Revengers karya Ken Wakui kembali jadi sorotan setelah rilis spin-off A Letter from Keisuke Baji Vol. 5 yang ungkap cerita tersembunyi dua anggota Toman terkuat, sekaligus trailer season 4 anime “War of the Three Titans Arc” yang janjikan klimaks 2026. Manga ini, yang tamat 2022 setelah 278 chapter di Weekly Shonen Magazine, awalnya kontroversial karena endingnya tapi kini dipuji atas pacing ketat dan aksi brutal yang bikin fans nostalgia. Di X, post tentang beli volume baru atau opini baca ulang banjir, terutama di tengah hype anime anniversary. Dari delinkuensi remaja Tokyo hingga time-leap emosional, seri ini bukti shonen bisa campur action, heartbreak, dan kritik sosial tanpa klise. Artikel ini review manga utama, dari plot sampe plus-minusnya, biar Anda paham kenapa Tokyo Revengers tetep wajib dibaca meski udah tamat. BERITA BASKET
Ringkasan dari Komik Ini: Review Komik Tokyo Revengers
Tokyo Revengers ceritanya pusat di Takemichi Hanagaki, karyawan kantor loser berusia 26 tahun yang dapat kekuatan time-leap setelah pegang tangan mantan pacar SMA-nya, Hinata Tachibana, yang tewas dibunuh geng Tokyo Manji (Toman). Setiap leap bawa dia balik ke 2005, saat dia remaja pengecut, untuk ubah masa depan—selamatkan Hinata dari kematian berulang dan cegah Toman jadi kriminal brutal di 2017. Gabung Toman sebagai anggota lemah, Takemichi deket sama Mikey (Manjiro Sano, bos karismatik) dan Draken (ken devosi loyal), sambil urus rival geng seperti Moebius atau Valhalla.
Saga utama bagi arc-arc epik: Tokyo Manji arc perkenalin Toman dan leap pertama, Bloody Halloween arc gali pengkhianatan, Black Dragon arc soroti asal Mikey, sampe Three Deities arc klimaks dengan perang tiga titan geng yang bikin Takemichi pilih antara persahabatan dan nasib. Power system-nya sederhana: time-leap via kontak fisik, tapi efek samping kayak pusing atau lupa detail bikin tegang. Karakter kunci seperti Kisaki (manipulator licik) dan Baji (saudara setia yang tragis) tambah kedalaman emosional, di mana setiap loop waktu ungkap backstory gelap remaja delinquent. Ending chapter 278 bittersweet: Takemichi ubah masa lalu tapi bayar mahal, tinggalin Toman bubar tapi anggotanya tumbuh dewasa, dengan epilog 2017 yang penuh harapan tapi pilu. Total 31 volume, manga ini loncat dari slice-of-life SMA ke perang geng total, dengan spin-off Baji 2025 yang isi gap cerita Halloween.
Kenapa Komik Ini Sangat Untuk Dibaca: Review Komik Tokyo Revengers
Tokyo Revengers wajib dibaca karena Wakui ubah genre delinquent jadi time-travel thriller yang emosional, dengan pacing ketat yang bikin satu volume habis dalam jam—beda anime yang kadang lambat. Visualnya dinamis: panel fight brutal ala Yankee, tapi ekspresi Takemichi yang panik pas leap bikin relatable, terutama buat yang pernah nyesel masa lalu. Di 2025, dengan Vol. 5 Baji yang ungkap untold story, seri ini cocok buat fans yang haus closure; Takemichi bukan hero overpower, tapi underdog yang belajar leadership lewat kegagalan, mirror realita remaja di era bullying dan tekanan sosial.
Pacing-nya nggak ada filler: arc Valhalla kayak film klimaks, tanpa bertele-tele, ideal buat binge-read akhir pekan. Di X, opini terkini sebut manga “worth reading” karena fights cepat dan heart-jumping twist, meski anime bagus tapi manga lebih intens. Inspirasi dari Yankee klasik seperti Crows, tapi Wakui tambah elemen time-leap yang kritik nasib vs pilihan—mirip isu migrasi atau mental health di Jepang modern. Buat pemula, mulai Kodansha digital gratis sampe chapter 20; buat veteran, ini obat haus nostalgia dengan meme ending “confusing tapi satisfying”. Singkatnya, Tokyo Revengers bukan cuma action—ia cerita soal ubah diri, pas buat Oktober yang lagi dingin dan pengen cerita hangat tapi nendang.
Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini
Sisi positif Tokyo Revengers kuat: karakter development Wakui yang dalam bikin Toman terasa seperti keluarga—Draken dari kasar jadi mentor bijak, Mikey dari cuek jadi simbol trauma, sementara Takemichi arc-nya dari pengecut ke pemberani bikin inspiratif. Fight choreography-nya epik, kayak Bloody Halloween yang ubah standar delinquent manga, plus tema persahabatan dan penebusan bikin dewasa tanpa pretensius. Di 2025, review Reddit sebut “fantastic read” karena edge-of-seat tension, rating MAL 8.4+ karena twist kayak Kisaki reveal. Dampak budaya? Inspirasi live-action film 2021, anime Liden Films, sampe spin-off Baji yang tambah lore, plus diskusi X soal “Baji untold story” yang bikin komunitas hidup.
Tapi, negatifnya ada: pacing arc akhir seperti Kanto Manji terasa rushed, bikin konflik geng undercooked dan ending chapter 278 “ambiguous” buat sebagian fans—X post sebut “confusing” karena loop waktu nggak sepenuhnya resolved. Violence berlebih dan tema bullying bisa trigger, terutama buat pembaca muda, sementara female characters seperti Hinata underutilized, cuma jadi motivasi plot. Di Facebook grup, opini sebut “not perfect ending” karena kurang closure, meski subjektif. Intinya, plusnya dari emosi kuat, minusnya dari ekspektasi tinggi—Wakui ambil risiko time-leap kompleks, tapi kadang overstretch.
Kesimpulan
Tokyo Revengers di 2025 tetep ikon delinquent shonen yang emosional, dengan ringkasan saga time-leap dari Takemichi ke spin-off Baji, alasan dibaca lewat pacing brutal dan karakter relatable, plus keseimbangan positif development dan negatif rushed ending yang bikin debat seru. Wakui bukti manga bisa campur darah geng, tawa bromance, dan air mata penebusan tanpa klise, meski nggak flawless. Buat yang belum, mulai sekarang—siapa tahu season 4 2026 bawa ledakan baru. Di akhir, Tokyo Revengers ingatkan: masa lalu bisa diubah, tapi hati yang beneran kuat nggak perlu leap. Selamat membaca, dan jangan lupa selamatkan “Hinata”-mu sendiri.