Review Komik Evil Boy (Kimsan)

Review Komik Evil Boy (Kimsan)

Review Komik Evil Boy (Kimsan). Pada September 2025 ini, saat genre manhwa action semakin matang dengan cerita-cerita yang mengeksplorasi sisi gelap manusia, “Evil Boy” karya Kimsan tetap menjadi pilihan favorit bagi pembaca yang haus akan protagonis tanpa ampun. Serial webtoon ini, yang dimulai di Naver Webtoon dan Naver Series sejak 2020, telah mencapai lebih dari 150 chapter dengan update reguler yang membuat komunitas tetap bergairah. Ditulis dan diilustrasikan oleh Kimsan, seniman Korea yang dikenal dengan gaya dinamis ala murim modern, komik ini mengumpulkan rating rata-rata 7.8/10 di platform seperti MangaUpdates dan MyAnimeList dari ribuan ulasan. Dengan elemen revenge yang brutal dan transformasi monster yang tak terduga, “Evil Boy” bukan sekadar isekai biasa; ia adalah kisah tentang bagaimana dendam bisa membentuk monster dari korban. Di tengah banjir manhwa dengan MC heroik, serial ini menonjol karena keberaniannya memeluk kegelapan, menarik jutaan pembaca global melalui situs seperti Tappytoon dan scanlation. Bagi fans, ini seperti obat pahit yang manis: menyakitkan, tapi tak bisa berhenti dibaca, mengingatkan bahwa terkadang, kejahatan adalah satu-satunya jalan keluar dari neraka pribadi. BERITA BOLA

Sinopsis Singkat Mengenai Komik Ini: Review Komik Evil Boy (Kimsan)

“Evil Boy” mengikuti perjalanan tragis Sunghoon, seorang pemuda berusia 19 tahun yang hidupnya seperti neraka hidup: dihina, dipukuli, dan dikhianati oleh semua orang di sekitarnya, dari teman sekolah hingga keluarga yang tak peduli. Setelah bertahun-tahun penderitaan yang membuatnya merasa lebih rendah dari sampah, Sunghoon mencapai titik puncak di malam ulang tahunnya—ia menemukan kekuatan iblis yang selama ini tertidur di dalam dirinya, entitas gelap yang menawarkan kekuatan tak terbatas sebagai imbalan kesetiaan. Dengan pakta itu, Sunghoon mati sebagai manusia biasa dan bangkit kembali sebagai monster, tubuhnya berubah menjadi bentuk hybrid yang mengerikan: kulit retak seperti lava, mata merah menyala, dan kekuatan regenerasi yang membuatnya hampir tak terbunuh.

Kini, sebagai “Evil Boy,” ia memulai perburuan balas dendam sistematis terhadap para algojo masa lalunya. Cerita dimulai dengan pembantaian brutal di sekolah lamanya, di mana ia menggunakan cakar iblis untuk merobek musuh-musuhnya satu per satu, sambil mengungkap konspirasi lebih besar: kelompok rahasia yang sengaja memanipulasi kehidupan orang lemah seperti dirinya untuk eksperimen kekuatan supernatural. Sunghoon merekrut sekutu tak terduga, seperti gadis misterius dengan kemampuan ilusi dan mantan polisi korup, sambil bertarung melawan pemburu iblis dari organisasi pemerintah. Konflik memuncak saat ia menghadapi “Raja Iblis” yang ternyata punya ikatan dengan masa kecilnya, memaksa Sunghoon memilih antara kehancuran total atau kendali atas kekuatannya. Sepanjang arc, cerita penuh aksi gore yang intens, dicampur flashback emosional tentang trauma Sunghoon, di mana ia bertanya: apakah ia monster karena dendam, atau dendam yang melahirkannya? Sinopsis ini berakhir di cliffhanger season kedua, dengan Sunghoon bersiap perang melawan aliansi manusia-iblis, meninggalkan pembaca dengan rasa haus akan keadilan gelap.

Kenapa Komik Ini Sangat Populer: Review Komik Evil Boy (Kimsan)

Popularitas “Evil Boy” lahir dari keberanian Kimsan dalam membalikkan trope manhwa standar, di mana MC bukan pahlawan tapi algojo yang relatable. Sejak debut di Naver, serial ini telah meledak dengan jutaan views per episode, mencapai top 10 chart action manhwa di platform itu pada 2021, dan kini tersedia global di Webtoon Canvas dengan terjemahan resmi yang menarik pembaca Barat. Di MangaUpdates, ia punya 4.2/5 dari lebih dari 2.000 rating, sementara di Reddit r/manhwa, thread rekomendasi “evil MC” sering sebut ini sebagai “Reverend Insanity versi Korea”—cerita tentang manipulasi dan revenge tanpa remorsi. Fans menyukainya karena elemen gore yang tak disensor, mirip “Solo Leveling” tapi lebih sadis, dengan panel-panel aksi yang membuat jantung berdegup.

Di 2025, buzz-nya didorong TikTok dan X, di mana edit klip pembantaian Sunghoon viral, menghasilkan hashtag #EvilBoyRevenge dengan ratusan ribu views—banyak yang relate dengan tema bullying dan trauma mental, seperti ulasan “seperti katarsis untuk yang pernah dihina.” Adaptasi dari novel web pendek Kimsan beri fondasi kuat, sementara gaya ilustrasinya yang gritty—bayangan gelap dan efek darah realistis—buat visual adiktif. Komunitas di Discord dan forum seperti NamuWiki penuh spekulasi tentang arc selanjutnya, termasuk potensi redemption atau kehancuran total Sunghoon. Bagi generasi muda yang lelah dengan cerita “good guy wins,” ini jadi anthem: bukti bahwa dendam bisa jadi kekuatan, menarik pembaca dari Asia hingga Eropa yang bosan dengan hero trope. Singkatnya, ia populer karena tak takut gelap, mengubah korban jadi predator dalam cerita yang tak terlupakan.

Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini

“Evil Boy” punya kekuatan yang membuatnya standout di genre action, tapi juga kelemahan yang kadang bikin pembaca ragu. Di sisi positif, revenge plot-nya adalah jantung cerita: Sunghoon’s transformasi dari korban lemah ke monster tak berperasaan terasa satisfying, dengan momen balas dendam yang direncanakan matang seperti permainan catur berdarah. Ilustrasi Kimsan dinamis luar biasa—panel splash gore seperti saat Sunghoon merobek musuh dengan cakar iblis terasa visceral, campur gaya manhwa modern dengan pengaruh horor Jepang ala Berserk. Karakter utama kompleks: Sunghoon bukan evil kartun, tapi korban trauma yang logis jatuh ke kegelapan, dengan flashback yang beri kedalaman emosional tanpa melambatkan pacing. Side character seperti sekutu ilusionis tambah lapisan intrik, sementara tema bullying dan kekuasaan korup beri pesan sosial tajam. Pacing chapter awal cepat dan brutal, dengan cliffhanger yang bikin binge-reading tak henti, membuatnya ideal untuk fans yang ingin katarsis instan.

Namun, ada sisi negatif yang muncul, terutama di arc tengah. Gore berlebih kadang terasa gratuitous, dengan kekerasan yang tak selalu majukan plot—beberapa ulasan di MyAnimeList bilang “terlalu banyak darah, kurang substansi.” Protagonis evil-nya, meski inovatif, kadang jatuh ke one-note: Sunghoon terlalu dingin tanpa arc redemption potensial, membuat pembaca empati sulit. Elemen konspirasi organisasi pemerintah terlalu klise, seperti villain boss yang sombong tanpa twist mendalam, dan romance subplot dengan sekutu terasa tacked-on. Representasi perempuan minim dan sering jadi korban atau alat plot, menuai kritik dari komunitas Reddit tentang misogini halus. Beberapa chapter pacing lambat saat jelaskan lore iblis, dan adaptasi webtoon skip nuansa novel yang bikin ending lebih impactful. Meski begitu, kekurangan ini lebih ke eksekusi daripada visi; komik tetap thrilling untuk fans dark action, meski butuh perut kuat untuk gore-nya.

Kesimpulan: Review Komik Evil Boy (Kimsan)

“Evil Boy” karya Kimsan adalah manhwa yang tak ragu menyelam ke kegelapan hati manusia, membuktikan bahwa revenge bisa jadi seni. Dari sinopsis transformasi Sunghoon hingga popularitasnya yang didorong gore memuaskan dan tema relatable, komik ini unggul dalam ilustrasi brutal dan plot katartik, meski gore berlebih dan karakter datar jadi catatan kecil. Di September 2025, saat action manhwa terus berevolusi, serial ini tetap jadi rekomendasi wajib bagi yang ingin MC evil tanpa filter. Jika Anda siap hadapi neraka dendam, buka Naver Webtoon sekarang—mungkin, seperti Sunghoon, Anda akan temukan kekuatan di balik luka terdalam.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *