Review Komik Dragon Ball

Review Komik Dragon Ball

Review Komik Dragon Ball. Dragon Ball, karya Akira Toriyama yang dimulai pada 1984 dan tamat pada 1995 dengan total 42 volume, tetap jadi salah satu komik paling berpengaruh di planet ini. Cerita yang awalnya petualangan kocak anak kecil bernama Goku yang mencari tujuh bola naga perlahan berubah jadi pertarungan antargalaksi dengan taruhan kehancuran alam semesta. Empat dekade setelah chapter pertama, komik ini masih rutin dicetak ulang, dibaca generasi baru, dan jadi acuan wajib setiap ada diskusi soal manga action. INFO CASINO

Perubahan Tone yang Berani dan Berhasil: Review Komik Dragon Ball

Sedikit komik yang berani mengganti genre se ekstrem Dragon Ball. Awalnya komedi petualangan penuh referensi perjalanan ke barat, lalu berubah jadi turnamen bela diri, dan akhirnya jadi pertarungan kosmik dengan ledakan planet sebagai latar belakang. Yang luar biasa, transisi itu tidak pernah terasa dipaksakan. Goku yang polos tetap jadi inti cerita meski kekuatannya sudah melebihi dewa. Justru karena karakternya tidak pernah benar-benar berubah—selalu ceria, selalu ingin lawan lebih kuat—pembaca ikut menerima escalasi kekonyolan itu dengan senang hati.

Pertarungan yang Ikonik dan Selalu Dirindukan: Review Komik Dragon Ball

Dari pertandingan Goku vs Jackie Chun di turnamen pertama, Piccolo Daimao yang bikin dunia ketakutan, sampai Freezer yang menghancurkan Namek dengan satu jari—setiap arc punya momen yang sampai sekarang masih dibicarakan. Saga Saiyan, Namek, Cell, sampai Buu, masing-masing punya rasa berbeda tapi tetap terhubung. Toriyama jago bikin penutup arc terasa memuaskan sekaligus membuka pintu arc berikutnya yang lebih gila. Bahkan di era sekarang, kalau ada anak kecil berteriak “Kamehameha” di lapangan, pasti karena pernah melihat panel Goku lawan Freezer atau Kid Buu.

Karakter Pendukung yang Tak Kalah Bersinar

Goku memang bintang utama, tapi Dragon Ball tidak akan sama tanpa deretan karakter pendukungnya. Vegeta yang dari penjahat galak berubah jadi suami dan ayah yang tetap gengsian, Piccolo yang dari musuh jadi mentor paling sabar, Krillin yang selalu mati duluan tapi tetap setia, Gohan yang sempat jadi harapan baru tapi akhirnya memilih hidup tenang—semuanya punya ruang untuk berkembang. Bahkan karakter yang muncul cuma satu arc seperti Yamcha atau Tenshinhan tetap dikenang dan jadi bahan meme sampai hari ini.

Kesimpulan

Dragon Ball adalah paket lengkap: lucu saat perlu lucu, serius saat harus serius, dan selalu menghibur. Gambarnya yang simpel tapi penuh energi, dialog yang sering absurd tapi ikonik, serta imajinasi tanpa batas membuat 42 volume itu terasa terlalu pendek. Di tahun 2025, ketika banyak komik baru bermunculan dengan grafik canggih dan cerita kompleks, Dragon Ball tetap berdiri tegak karena satu alasan sederhana: ia tidak pernah berusaha jadi sesuatu yang bukan dirinya. Ini komik tentang anak baik hati yang suka bertarung, titik. Dan itu sudah cukup untuk membuat jutaan orang di seluruh dunia jatuh cinta, dari generasi pertama sampai anak-anak yang baru lahir kemarin. Kalau belum pernah baca, langsung mulai. Kalau sudah baca, buka lagi volume favoritmu. Rasanya tetap sama: jantung berdegup lebih kencang setiap kali Goku menarik napas untuk Spirit Bomb.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *