Review Komik Death Note

Review Komik Death Note

Review Komik Death Note. Oktober 2025 bawa angin segar buat penggemar Death Note, saat Takeshi Obata, seniman di balik seri ikonik ini, rilis one-shot manga baru yang digambar khusus untuk anniversary ke-20. Diumumkan lewat Anime News Network awal bulan ini, one-shot itu fokus pada elemen misteri klasik seri, lengkap dengan artwork segar Misa Amane yang viral di media sosial dan picu spekulasi revival penuh. Tak ketinggalan, trademark “Death Note Killer Within” dari Shueisha tahun lalu mulai terdengar kencang lagi, dengan rumor game atau spin-off yang bikin forum seperti Reddit dan 4chan ramai debat. Manga asli karya Tsugumi Ohba dan Obata, yang tayang di Weekly Shonen Jump dari 2003 hingga 2006 dengan 12 volume, udah jual 30 juta copies global dan bentuk genre thriller psikologis modern. Di era di mana adaptasi Netflix dan live-action Korea lagi dibahas ulang, review komik ini pas banget buat pemula yang penasaran kenapa Light Yagami dan buku mati-nya masih jadi benchmark cerita moral abu-abu. Yuk, kita kupas ulang seri legendaris ini dari sudut 2025, tanpa spoiler berat yang bikin rugi. BERITA BOLA

Ringkasan Cerita dari Komik Ini: Review Komik Death Note

Death Note berpusat pada Light Yagami, siswa SMA jenius di Jepang yang nemuin buku misterius bernama Death Note—artefak supranatural dari dunia shinigami yang bisa bunuh siapa pun asal nama dan wajahnya ditulis di dalamnya. Awalnya, Light pake buku itu buat “bersihin” dunia dari penjahat, jadi vigilante anonim yang disebut Kira, sambil hindari pengejaran polisi internasional. Ryuk, shinigami pemilik buku yang cuek tapi penasaran, jadi saksi bisu ambisi Light yang makin membengkak.

Cerita berkembang lewat cat-and-mouse game epik antara Light dan L, detektif jenius yang pake metode tak biasa buat ungkap identitas Kira. Arc awal bangun tension lewat investigasi halus, di mana Light rekrut sekutu seperti Misa Amane—model populer yang punya Death Note sendiri—sambil manipulasi orang sekitar. Bagian tengah naikkan taruhan dengan konspirasi global, pengkhianatan, dan twist soal aturan buku yang rumit, termasuk hubungan Light dengan keluarga dan teman yang jadi korban collateral. Akhir seri, yang capai klimaks di volume 12, gali tema kekuasaan absolut dan konsekuensi moral, dengan pertarungan intelektual yang bikin napas tertahan. Secara keseluruhan, Death Note campur elemen supernatural, crime thriller, dan drama psikologis, dengan universe yang luas lewat side story seperti novel dan one-shot baru Obata tahun ini. Dari 108 chapter, cerita ini evolve dari revenge fantasy jadi kritik tajam soal keadilan dan korupsi hati manusia.

Kenapa Komik Ini Sangat Untuk Dibaca: Review Komik Death Note

Di 2025, pas one-shot baru Obata lagi bikin Death Note trending di Viz Media dan Shonen Jump app, manga aslinya tetep wajib buat yang suka cerita pintar tanpa aksi berlebih. Pacing-nya ketat: chapter pendek tapi padat, dengan cliffhanger tiap akhir yang bikin susah berhenti—bayangin baca semaleman gara-gara penasaran langkah selanjutnya Light. Artwork Obata emang juara: garis halus, ekspresi wajah yang nunjukin konflik batin, dan desain Death Note yang sederhana tapi ikonik bikin visualnya timeless. Buat pemula, mulai dari volume 1 aja udah cukup bikin ketagihan, apalagi edisi digitalnya gampang diakses di platform seperti BookWalker.

Lebih dari hiburan, komik ini relevan banget buat gen Z yang bergulat sama etika digital—Light kayak metafora influencer yang manipulasi opini publik, dorong diskusi soal vigilante justice di era cancel culture. Di komunitas seperti Reddit, fans lama sering rekomen manga daripada anime karena adaptasinya lebih nuansa gelap. Apalagi sekarang, dengan artwork Misa baru yang picu fanart boom di Instagram, baca ulang jadi cara perfect buat pahami kenapa seri ini inspirasi ribuan teori konspirasi. Kalau kamu lagi cari thriller yang bikin mikir “apa jadinya kalau aku punya kekuatan itu?”, Death Note jawabannya—cerdas, gelap, dan nggak pernah pudar.

Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini

Death Note punya banyak sisi positif yang bikin dia best-seller abadi. Plot twist-nya brilian: Ohba bangun narasi multi-layer di mana tiap chapter ubah perspektif pembaca, dari simpati ke Light sampe pertanyaan moral yang dalem. Karakter utamanya kompleks—Light yang karismatik tapi narsis, L yang eksentrik tapi jenius—bikin dinamika mereka kayak duel catur hidup. Artwork Obata solid: panel dinamis untuk momen tegang, shading halus buat suasana misterius, dan desain shinigami seperti Ryuk yang lucu tapi menyeramkan tambah lapisan unik. Arc tengah puncak kreativitas, dengan world-building soal aturan Death Note yang inovatif dan payoff emosional kuat. Buat fans, manga ini juga fondasi buat adaptasi sukses seperti anime 2006 dan live-action 2017, plus one-shot 2025 yang buktiin daya tarik globalnya.

Tapi, ada sisi negatif yang patut diakui. Ending-nya dirasa rushed oleh banyak pembaca—setelah build-up panjang, klimaks terasa terburu-buru, kurangin impact dibanding arc awal. Beberapa karakter side underutilized, seperti Misa yang potensinya nggak tergali maksimal meski ikonik, dan sub-plot romansa terasa forced. Secara pacing, paruh kedua kadang lambat karena fokus dialog panjang, yang bisa bikin bosan buat yang suka action cepat ala shonen lain. Di era sekarang, tema vigilante-nya dikritik sensitif soal kekerasan, meski Obata’s one-shot baru coba tambah nuansa segar. Overall, positifnya tetep dominan buat yang suka psychological depth, tapi bisa frustrating buat yang cari closure rapi ala Detective Conan.

Kesimpulan

Death Note bukan cuma manga thriller; dia revolusi shonen dengan Light Yagami yang bikin kita tanya batas antara pahlawan dan monster. Di Oktober 2025, pas one-shot baru Obata dan rumor “Killer Within” lagi panas, komik ini ingetin kenapa dia ikon: dari ringkasan cerita cerdas sampe artwork yang bikin merinding, meski ending-nya kadang bikin geleng kepala. Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata buktiin, satu buku bisa ubah dunia—atau hancurinnya. Kalau kamu lagi scroll manga recs, ambil volume 1 sekarang; siap-siap ketagihan, karena di akhir, Death Note ajarin: kekuatan absolut corrupt mutlak, dan itu pelajaran yang nggak pernah usang.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *