Review Komik Bleach. Pagi ini, 1 Oktober 2025, penggemar Bleach beramai-ramai di X sambil nunggu Fall premiere Part 3 Thousand-Year Blood War yang dikonfirmasi bulan lalu, lengkap dengan janji original content dan karakter baru yang bikin plot makin liar. Di tengah itu, fan art Unohana dari manga yang viral kemarin—dengan style Kubo yang presisi—bikin thread diskusi panjang soal kenapa seri ini masih OP setelah 24 tahun. Belum lagi episode baru Bleach Rebirth of Souls game yang rilis pagi tadi, adaptasi Soul Society Arc yang bikin nostalgia meledak di YouTube. Review terkini ini kupas ulang mengapa komik Tite Kubo sejak 2001 ini, dengan Ichigo Kurosaki dan Soul Reaper-nya, tetap jadi raja shonen—bukan cuma zanpakuto slash, tapi cerita soal jiwa yang tak pernah mati. BERITA BASKET
Makna dari Komik Ini: Review Komik Bleach
Bleach lebih dari pertarungan supernatural; ia alegori tajam soal kematian dan identitas di tengah chaos. Ichigo, remaja biasa yang jadi Substitute Shinigami, wakili perjuangan nerima warisan kelam—dari Hollow dalam diri hingga Quincy roots yang ungkap di TYBW. Tema roh-roh yang gelisah di Soul Society metafor bagi unresolved grief, tema yang ngena di 2025 saat mental health crisis makin parah pasca-pandemi. Arc seperti Arrancar atau Fullbring gali bagaimana kekuatan lahir dari luka: Aizen sebagai villain karismatik bukan monster murni, tapi cermin ambisi manusia yang rusak.
Lebih dalam, komik ini soroti pertemanan vs kesepian. Kru Ichigo—Rukia si pendekar dingin, Orihime si penyembuh hangat—tunjukkan ikatan bisa lawan kematian itu sendiri, mirip update TYBW di mana Uryu Ishida hadapi pengkhianatan yang bikin aliansi retak. Kubo, terinspirasi mitos Jepang dan pengalaman pribadi soal penyakit, campur elemen seperti Bankai dengan emosi universal: mati bukan akhir, tapi transformasi. Di era AI yang ubah identitas digital, pesannya tegas: lindungi jiwa orang terdekat, atau biarkan kegelapan telanmu. Maknanya abadi: shinigami bukan soal bunuh, tapi selamatkan apa yang berharga.
Apa yang Membuat Komik Ini Populer: Review Komik Bleach
Kesuksesan Bleach lahir dari desain Kubo yang ikonik: karakter cool dengan zanpakuto unik yang bikin pembaca pengen cosplay. Debut di Weekly Shonen Jump 2001, manga ini jual lebih dari 130 juta kopi global, rekor shonen yang dorong anime 366 episode plus TYBW revival sejak 2022. Chapter mingguan ciptakan hype konstan; meski tamat 2016, one-shot baru dan novel spin-off seperti Can’t Fear Your Own World jaga api menyala.
Adaptasi jadi kunci: anime Studio Pierrot sukses besar, dan TYBW Part 3 Fall 2025 dengan visual baru dari Anime Expo bikin fans di X ramai, seperti poster Ichigo yang dibagikan ribuan kali pagi ini. Populeritasnya meledak lewat budaya pop: “Tensa Zangetsu” di TikTok, merch Bankai di konvensi, dan diskusi dub vs sub yang viral soal voice acting klasik seperti di Naruto. Part 4 “The Calamity” 2026 sebagai final cour, lengkap teaser super visual, prediksi top chart Crunchyroll. Generasi Z temuin lewat Netflix binge, sementara veteran nostalgia via piracy history podcast yang bahas Bleach era LimeWire. Tak heran, skor MyAnimeList 8.0 dan pengaruh ke game seperti Rebirth of Souls buat seri ini saingi Big Three shonen.
Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini
Bleach punya kekuatan yang bikin kompetitor iri. Desain karakternya legendaris: dari Rukia’s rabbit motif hingga Yhwach’s Almighty eyes, Kubo ciptakan visual yang ikonik tanpa usah overdesign. Arc seperti Hueco Mundo kasih aksi epik dengan payoff emosial, mirip reaksi fans yang heboh ulang chapter TYBW soal Unohana vs Kenpachi. Seni Kubo, dari panel splash halus ke fight choreography dinamis, evolusi mulus; Part 3 TYBW dengan tambahan original content janji animasi lebih halus dari cour sebelumnya. Di 2025, pacing TYBW meski dikritik lambat di manga, kasih kedalaman lore Quincy yang bikin diskusi powerscaling panas di X. Durasi panjang terasa pas untuk bangun rivalitas, inspirasi seri seperti Demon Slayer.
Tapi, ada kelemahan yang bikin fans debat sengit. Arc panjangnya kadang pacing ngawur; dari Soul Society ke finale butuh 15 tahun, bikin ending rushed dengan plot hole seperti power creep Yhwach yang terlalu OP. Hiatus TYBW karena produksi frustrasikan, mirip keluhan fans nunggu resolusi Aizen arc. Karakter side seperti Espada generik terasa filler-ish, kurang nuansa dibanding trio utama. Di lensa modern, isu gender—wanita seperti Rangiku kuat tapi sering fanservice—dan diversity yang kurang global dikritik. Meski begitu, kekurangan ini justru bikin komunitas hidup, seperti thread nostalgia Bleach vs Naruto yang bikin ketawa.
Kesimpulan
Di 1 Oktober 2025, saat Part 3 TYBW dekat dan fan art Unohana bikin feed X penuh, Bleach bukti komik bisa jadi lebih dari hiburan—ia legasi jiwa yang tak tergoyahkan. Dari 130 juta kopi hingga final cour 2026, Kubo ciptakan dunia Soul Society yang kita tempati bareng Ichigo. Meski pacing goyah dan TYBW ambil alih, pesannya tetap: Getsuga Tensho maju terus walau kegelapan datang. Baca ulang sekarang—bukan untuk slash, tapi rasain denyuu kematian yang abadi.