Review Komik Became The Patron Of Villains

Review Komik Became The Patron Of Villains

Review Komik Became The Patron Of Villains. Komik Became the Patron of Villains sedang naik daun di kalangan penggemar manhwa isekai akhir 2025, terutama setelah rilis chapter 69 pada akhir November yang memicu gelombang diskusi di komunitas online. Serial ini, adaptasi dari novel web karya penulis Korea yang menggabungkan elemen game fantasy dengan reformasi karakter, mengikuti seorang pekerja kantor yang terbangun sebagai bangsawan minor di dunia game Psychedelia. Sebagai extra yang ditakdirkan mati di tangan calon penjahat, ia memilih jalur tak terduga: mensponsori anak-anak villain masa depan untuk mencegah kehancuran. Dengan lebih dari 69 chapter yang telah diterjemahkan, cerita ini menawarkan campuran komedi salah paham, loyalitas berlebih, dan power fantasy ringan, menarik jutaan views meski masih dianggap underrated. Respons terkini dari pembaca menyoroti pesonanya sebagai hiburan santai, tapi juga kritik atas pacing time skip yang cepat—sempurna untuk binge di musim dingin yang dingin. INFO CASINO

Sinopsis dan Alur Cerita: Review Komik Became The Patron Of Villains

Cerita dimulai dengan protagonis, seorang budak korporat yang mati dan bereinkarnasi sebagai putra ketiga Count Palatio, bangsawan kecil yang seharusnya jadi korban villain di game Psychedelia. Alih-alih melawan, ia menggunakan pengetahuan gamenya untuk mensponsori lima anak yatim piatu yang ditakdirkan jadi bencana: seorang gadis penyihir imut, bocah laki-laki petarung tangguh, dan tiga lainnya dengan potensi destruktif. Tujuannya sederhana—reformasi mereka agar tumbuh jadi orang baik, sambil menikmati hidup bangsawan tenang. Tapi, dukungannya yang tulus malah diartikan sebagai rencana jahat, membuat anak-anak itu jadi pengikut obsesif yang membangun organisasi rahasia di belakangnya.

Chapter 69 memperdalam misteri asal-usul game dunia ini, dengan arc baru yang melibatkan dewa jahat dan konspirasi agama gelap, diimbangi momen lucu saat loyalitas maxed out membuka skill baru seperti pohon keterampilan. Alur bergerak cepat melalui time skip satu-dua tahun, fokus pada pertumbuhan anak-anak, tapi kadang terasa lompat-lompat, meninggalkan detail offscreen. Secara keseluruhan, sinopsis ini seperti petualangan tak disengaja: menyenangkan dengan twist komedi, tapi kurang kedalaman plot untuk yang suka intrigue rumit.

Karakter dan Pengembangan: Review Komik Became The Patron Of Villains

Protagonis muncul sebagai tipe naive tapi beruntung, dengan kepribadian santai yang kontras dengan situasi chaos—ia pikir sedang “membesarkan anak baik,” tapi anak-anak villain melihatnya sebagai master ultimate. Pengembangannya lambat tapi memuaskan, dari bangsawan lemah jadi pemimpin tak sadar dengan loyalitas absolut, terutama saat ia belajar sihir dasar di chapter awal. Lima villain muda adalah bintangnya: gadis pertama dengan obsesi yandere yang imut, bocah kedua yang setia seperti anjing penjaga, dan yang lain dengan arc emosional tentang trauma yatim piatu.

Di chapter terbaru, interaksi mereka berkembang jadi found family yang hangat, dengan momen salah paham yang bikin ngakak, seperti saat mereka salah tafsir amal sebagai skema kekuasaan. Kekurangannya? Karakter sampingan seperti orang tua bangsawan atau rival guild terasa kurang dieksplorasi, lebih sebagai alat plot daripada pribadi utuh. Meski begitu, chemistry kelompok ini kuat, membuat pembaca rooting untuk “villain rehab” yang absurd tapi heartwarming.

Aspek Seni dan Produksi

Ilustrasi manhwa ini bersinar dengan gaya ekspresif yang menangkap esensi komedi: wajah polos protagonis saat chaos meledak, kontras dengan desain villain muda yang chibi tapi mengancam. Panel aksi dinamis untuk duel sihir, dengan efek cahaya dramatis untuk skill baru, sementara latar istana dan desa fantasy terasa hidup dengan detail Eropa klasik. Layout chapter efisien, campur splash page epik untuk loyalitas quest dengan close-up lucu untuk dialog witty, membuat scroll terasa engaging.

Produksi adaptasi dari novel terasa halus, dengan dialog alami yang mempertahankan nada comedic undertone tanpa kehilangan elemen romance ringan. Di chapter 69, shading lebih halus untuk nuansa emosional, tapi beberapa background organisasi rahasia terasa generik. Pacing rilis mingguan stabil, meski time skip kadang bikin transisi kasar. Secara keseluruhan, seni ini seperti game RPG visual: menarik dan fun, mendukung vibe Overlord-lite tanpa over-the-top.

Kesimpulan

Became the Patron of Villains adalah manhwa underrated yang layak jadi favorit akhir 2025, dengan chapter 69 yang memperkaya reformasi villain jadi cerita found family penuh tawa. Kekuatannya ada pada komedi salah paham dan loyalitas obsesif yang bikin gemas, ideal untuk penggemar isekai santai yang ingin power fantasy tanpa beban. Namun, time skip cepat dan plot sampingan kurang dalam bisa bikin frustrasi bagi yang haus detail. Bagi pembaca setia, ini seperti membesarkan anak bandel yang sukses; bagi pemula, pintu masuk mudah ke genre rehab villain. Dengan potensi arc konspirasi besar ke depan, serial ini mengingatkan bahwa niat baik bisa ubah nasib—layak dibaca untuk dosis kehangatan absurd di tengah musim dingin.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *