Review Komik I’m Not That Kind of Talent

Review Komik I’m Not That Kind of Talent

Review Komik I’m Not That Kind of Talent. I’m Not That Kind of Talent terus jadi sorotan di dunia manhwa sejak adaptasi webtoonnya rilis pada 2022. Berdasarkan novel Denphy yang populer, serial ini menggabungkan elemen fantasy gelap, komedi absurd, dan drama psikologis yang dalam. Hingga akhir 2025, manhwa ini sudah mencapai lebih dari 60 chapter, dengan season kedua yang baru saja dimulai setelah hiatus singkat, menarik jutaan pembaca global. Cerita tentang Deon Hart—pria sakit-sakitan yang salah paham jadi pahlawan berdarah dingin—menawarkan twist unik di tengah banjir isekai klise. Ini review terkini yang membahas mengapa manhwa ini tetap relevan dan bikin pembaca campur aduk antara tertawa dan sedih. REVIEW FILM

Alur Cerita yang Penuh Miskonsepsi dan Trauma Tersembunyi: Review Komik I’m Not That Kind of Talent

Alur utama berpusat pada Deon Hart, komandan pasukan Zero Corps yang ditakuti sebagai “Demon Arut”, pembunuh kejam tanpa ampun. Kenyataannya? Deon hanyalah manusia lemah yang muntah darah saat stres, mudah terbakar matahari, dan lebih suka menghindari konflik. Semua bermula dari masa kecilnya yang tragis: ditinggalkan orang tua, kehilangan saudara, dan insiden perang yang menciptakan persona palsu ini. Di season pertama, cerita berkembang melalui serangkaian kesalahpahaman—tindakan Deon yang sebenarnya pengecut justru diinterpretasikan sebagai strategi jenius oleh bawahan dan musuh.

Pada chapter terbaru di 2025, alur memasuki fase klimaks dengan konfrontasi melawan Raja Iblis dan rahasia identitas ganda Deon. Ada elemen multiple personality yang muncul saat Deon “berubah” jadi Arut, tapi bukan superpower klise—ini lebih ke mekanisme bertahan dari trauma. Pacing-nya cepat di awal dengan humor slapstick, tapi melambat di tengah untuk eksplorasi emosional, seperti guilt Deon atas kematian rekan-rekannya. Meski ada keluhan soal dragging di chapter 50-an, twist akhir season satu—di mana Deon lumpuh karena beban kenangan—bikin pembaca hooked untuk sekuel yang menjanjikan resolusi lebih dalam.

Karakter yang Kompleks dan Bikin Empati: Review Komik I’m Not That Kind of Talent

Deon adalah anti-hero paling relatable di manhwa tahun ini. Bukan MC overpower yang selalu menang, tapi sosok rapuh yang berpura-pura kuat demi bertahan. Multiple personality-nya—dari Deon yang penakut ke Arut yang sadis—dijelaskan sebagai coping mechanism, bukan plot device murahan. Side character seperti Cruel, saudara Deon yang obsesif, atau bawahan setia seperti Asild dan Ririnell, punya arc sendiri: Asild yang setia mati-matian karena salah paham, atau Hero Jaykar yang iri tapi akhirnya jadi sekutu.

Yang bikin manhwa ini standout adalah dinamika loyalitas dan pengkhianatan. Karakter pendukung bukan pelengkap belaka; mereka punya motivasi gelap, seperti Velitan yang licik atau Edellia yang ambisius. Di chapter baru 2025, hubungan Deon dengan Raja Iblis berkembang jadi konflik batin yang menyentuh, mengeksplorasi tema keluarga rusak dan penebusan dosa. Pembaca sering bilang, “Ini bukan tentang kekuatan, tapi kerapuhan manusia di balik topeng pahlawan.”

Seni Ilustrasi yang Ekspresif dan Gelap

Seni oleh Meona adalah highlight utama. Gaya gambarnya detail tapi tidak berlebihan: panel-panel aksi brutal saat mode Arut penuh garis dinamis dan efek darah yang realistis, sementara momen introspeksi Deon digambar dengan shading lembut yang menekankan kelemahannya—wajah pucat, tangan gemetar, darah menetes. Ekspresi wajah luar biasa; senyum palsu Deon saat berpura-pura kuat bikin pembaca ikut tegang.

Background fantasy-nya kaya: benteng gelap, medan perang berlumpur, hingga istana iblis yang megah. Di season kedua 2025, ada peningkatan di efek visual seperti ilusi personality switch, dengan split-panel yang cerdas. Humor visualnya tajam—bayangkan Deon pingsan di tengah rapat strategis—tapi transisi ke tone gelap mulus, tanpa terasa dipaksakan. Secara keseluruhan, seni ini mendukung tema miskonsepsi dengan kontras yang pas antara “kuat” dan “lemah”.

Tema Psikologis yang Mendalam dan Pengaruhnya

Manhwa ini unggul dalam tema identitas ganda dan dampak trauma perang. Deon mewakili orang-orang yang dipaksa jadi “pahlawan” oleh ekspektasi orang lain, sambil berjuang dengan PTSD dan rasa bersalah. Ada kritik halus pada sistem militer yang memuja kekerasan, plus eksplorasi loyalitas toksik antar saudara. Pengaruhnya terasa di komunitas: banyak diskusi Reddit 2025 soal bagaimana cerita ini beda dari manhwa revenge biasa, lebih fokus pada healing daripada balas dendam.

Serial ini juga punya sequel novel yang mengeksplorasi kehidupan setelahnya, menambah lapisan untuk fans. Di tengah tren manhwa action 2025, ini jadi pengingat bahwa cerita bagus tak selalu butuh power fantasy—kadang, kerapuhan justru yang bikin kuat.

Kesimpulan

I’m Not That Kind of Talent adalah manhwa yang brilian dalam memadukan komedi hitam, aksi fantasy, dan drama emosional, dengan rating rata-rata 8.5/10 dari komunitas. Alur twisty, karakter mendalam, seni ekspresif, dan tema relevan membuatnya wajib baca, terutama di season kedua yang baru bergulir. Bukan untuk yang cari happy ending ringan—ini cerita yang bikin Anda renungkan diri setelah tutup chapter. Kalau belum mulai, siapkan tisu; Deon Hart akan ubah cara Anda lihat “talent” sejati.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *