Review Komik Centuria

Review Komik Centuria

Review Komik Centuria. Akhir November 2025, komik Centuria terus menarik perhatian penggemar dark fantasy setelah chapter terbaru memasuki arc pelarian besar yang penuh ketegangan. Serial karya Tohru Kuramori ini, yang mulai diserialkan pada April 2024 di platform Shonen Jump+, sudah tembus lebih dari 50 chapter dan volume pertama edisi cetaknya laris manis. Dengan elemen aksi brutal, monster mengerikan, dan tema perbudakan yang gelap, Centuria terasa seperti perpaduan Vinland Saga dan Berserk, tapi dengan sentuhan supernatural yang segar. Bagi pembaca baru, ini bukan cerita ringan; ia ajak kita ikut berjuang di dunia di mana kebebasan dibayar dengan darah dan pengorbanan. REVIEW FILM

Ringkasan Cerita yang Gelap dan Menegangkan: Review Komik Centuria

Cerita berpusat pada Julian, seorang budak muda yang tak punya apa-apa selain kemauan bertahan hidup. Ia kabur dari perbudakan dengan cara kejam, menyembunyikan diri di kapal budak yang membawa seratus orang ke benua baru. Di tengah lautan ganas, Julian dan para budak lain berjuang merebut kebebasan, tapi penemuan rahasianya berujung hukuman mati. Saat kapal diterjang badai supernatural, entitas misterius muncul, memberi Julian kekuatan aneh sebagai imbalan pengorbanan—dan ia selamat, tapi dengan beban baru: menjaga Diana, seorang gadis kecil yang jadi “saudara” baginya. Hingga chapter terkini, Julian memimpin kelompok pelarian menghadapi monster laut dan pemburu budak, sambil mengungkap asal kekuatannya yang terkait dengan legenda kuno. Plotnya maju cepat, tapi penuh twist seperti pengkhianatan di antara budak atau rahasia entitas yang haus jiwa.

Karakter yang Hidup dan Kompleks: Review Komik Centuria

Julian adalah anti-hero klasik: dingin, pragmatis, tapi punya sisi lembut yang muncul saat lindungi Diana. Latar belakang budaknya bikin ia tak percaya siapa pun, tapi perjuangannya merebut “sesuatu yang berharga” jadi inti emosional. Diana, meski kecil, bukan sekadar beban; ia punya insting tajam dan jadi pengingat kemanusiaan Julian. Karakter pendukung seperti budak lain—dari pejuang tua hingga remaja pemberontak—punya arc pribadi yang saling terkait, seperti satu yang dikhianati saudaranya atau yang punya dendam terhadap tuan budak. Musuh-musuhnya, termasuk kapten kapal sadis dan monster yang lahir dari lautan, terasa nyata karena backstory mereka yang gelap. Semua tokoh punya monolog mendalam, kadang berulang, tapi justru bikin pembaca merasa terjebak di kepala mereka.

Seni dan Pacing yang Brutal

Seni Kuramori standout: panel aksi luas dengan garis tebal untuk pertarungan brutal, seperti Julian lawan monster dengan darah berceceran, atau badai laut yang terasa mengancam. Desain monster terinspirasi horor, dengan bentuk aneh dan detail mengerikan yang ingatkan pada karya klasik dark fantasy. Latar belakang kapal usang dan lautan gelap digambar detail, bikin suasana sesak. Pacingnya intens: chapter awal fokus build-up pelarian, tengah penuh raid monster, dan arc baru mulai eksplorasi benua dengan lore lebih dalam. Kritik utama dari pembaca adalah dialog dan flashback berulang yang bikin lambat, tapi seni aksi selalu selamatkan ritme—setiap chapter tutup dengan cliffhanger yang bikin nunggu update.

Kesimpulan

Centuria bukan komik untuk yang cari hiburan ringan; ia gelap, brutal, dan penuh makna tentang kebebasan di dunia kejam. Dengan Julian sebagai pahlawan rapuh, plot yang tegang, dan seni memukau, serial ini layak jadi prioritas baca bagi fans aksi supernatural. Di akhir 2025, saat chapter baru janjikan konfrontasi epik di benua baru, Centuria ingatkan: terkadang, kekuatan terbesar lahir dari keputusasaan. Kalau suka cerita di mana setiap kemenangan berlumur darah, mulai sekarang—kau mungkin tak bisa berhenti sampai fajar.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *